GARANGAN
Garangan jawa
Garangan jawa (Herpestes javanicus), dalam bahasa daerah dikenal sebagai garangan (Jw.) atau ganggarangan (Sd.), adalah sejenis karnivora kecil anggota suku Herpestidae. Menyebar luas di Asia Tenggara dan Selatan, hewan ini dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Javan mongoose, small Indian mongoose, atau small Asian mongoose. Belakangan, anak jenis auropunctatus dari Nepaldiusulkan sebagai spesies tersendiri.
Garangan bertubuh kecil hingga sedang, panjang kepala dan tubuh 250–410 mm, sedangkan ekornya sekitar 60–80% panjang kepala dan tubuh tadi. Tungkai belakangnya 50–70 mm dari ‘tumit’ hingga ujung jari. Ukuran tubuh ini bervariasi, dengan kecenderungan paling kecil di barat laut daerah sebarannya (India utara) dan bertambah besar ke arah tenggara, dengan ukuran terbesar didapati di Jawa. Bobot tubuhnya berkisar antara 0,5–1 kg.
Cokelat kelabu hingga cokelat kemerahan; warna kaki sama dengan warna tubuhnya. Sebagaimana ukurannya, warna tubuh ini juga bervariasi dari yang paling pucat di ujung barat laut wilayah sebarannya (India barat laut dan Pakistan), gelap keabu-abuan di Assam dan Burma, hingga tersaput kuat dengan warna kemerahan di Vietnam dan Jawa.
Garangan jawa menyebar luas mulai dari Persia (Iran sekarang), India utara, Burma, ke Indochina, Hainan, Siam (Thailand), Semenanjung Malaya, dan Jawa. Beberapa individu tercatat dari Sumatera bagian utara, yang dideskripsi Sody (1949) sebagai H. javanicus tjerapai.
Hewan ini juga diintroduksi ke Hindia Barat, Kepulauan Hawaii, Mauritius, Kepulauan Fiji, Okinawa, dan Amami Ōshima di Jepang, untuk mengendalikan tikus dan ular. Garangan mungkin juga menyebar (dengan menumpang kapal) ke Hong Kong dan Pulau Madura.
Ekologi dan perilaku
Hewan pemangsa ini umumnya hidup di semak-semak dan padang rumput, daripada di hutan yang rapat. Aktif di atas tanah (terestrial) dan jarang memanjat pohon, garangan tidur dalam lubang-lubang di tanah, lubang pohon dan tempat yang serupa.
Garangan jawa aktif berburu mangsa di siang maupun malam hari. Ia sering terlihat menyeberangi jalan di siang hari, dengan badan rendah di atas tanah dan ekor lurus di belakangnya. Mangsa utamanya adalah tikus, tetapi garangan tidak keberatan memangsa apa pun hewan kecil yang ditemuinya: burung, reptil, kodok, yuyu, serangga, dan bahkan kalajengking. Dilaporkan bahwa garangan acap menjilati dan mengisap-isap darah mangsanya yang keluar dari luka; dan karenanya hewan ini dapat membunuh banyak ayam, bila sempat masuk ke kandang.
Garangan atau cerpelai dikenal sebagai musuh atau pemangsa ular; perkelahian garangan dengan ular sendok (kobra) sangat populer, meskipun agaknya ular hanyalah bagian kecil dari porsi mangsa garangan. Terkait dengan ini, Rikki-Tikki-Tavi adalah garangan yang terkenal, tokoh dalam novel karya Rudyard Kipling, yang berkelahi dan membunuh ular-ular kobra yang mengancam keselamatan majikannya.
Garangan jawa tidak memiliki musim kawin yang khusus. Hewan betina melahirkan 2–4 anak, setelah mengandung selama sekitar 6 minggu.
Introduksi dan invasi
Abad ke-19 merupakan abad perkembangan perkebunan tebu. Tanaman penghasil gula ini dikembangkan di banyak wilayah tropis; dan bersama dengan meluasnya tebu, turut berkembang pula populasi tikus, yang menjadi hama tanaman tebu. Sedini tahun 1870, garangan telah dibawa masuk ke Trinidad, untuk mengendalikan hama tikus, tetapi gagal. Upaya berikutnya, yang memasukkan garangan jawa dari Kalkuta ke Jamaika, berhasil pada tahun 1872. Keberhasilan ini ditulis dalam sebuah karyatulis karangan W.B. Espeut, yang memicu para pemilik perkebunan tebu untuk mengangkut 72 ekor garangan dari Jamaika ke Pulau Besar di Hawaii, dan selanjutnya juga ke pulau-pulau sekitarnya.
Dengan alasan serupa, pada 1884 garangan dibawa masuk ke Kepulauan Virgin, untuk mengendalikan hama tikus hitam (Rattus rattus) yang merusakkan perkebunan tebu di situ. Namun upaya ini membawa dampak negatif pada populasi iguana hijau (Iguana iguana) dan kadal Ameiva polops, yang jadi jauh menyusut karena turut dimangsa garangan. Demikian pula populasi burung-burung yang bersarang di tanah.
Tahun 1910, garangan ini dibawa masuk ke Okinawa, Jepang, dan juga pada 1979 ke Pulau Amami Ōshima, untuk mengendalikan populasi sejenis ular berbisa (Trimeresurus flavoviridis) dan populasi hama yang lain. Akan tetapi, karena pertumbuhan populasinya dan karena sifat invasifnya, kini garangan justru berbalik menjadi hama yang baru di tempat-tempat tersebut. .
Namun dengan seiring berjalannya waktu, pandangan masyarakat mengenai Garangan ini mulai berubah. Mungkin karena terlihat menggemaskan,dan lucu, kini garangan mulai dilirik sebagai salah satu hewan yang cocok untuk dipelihara (PET), Bahkan di Sri lanka,atau di Dunia Militer Garangan juga bisa di jadikan sebagai Hewan Pelacak ,seperti BOM,narkoba,dll.
Fakta Tentang Garangan
- Garangan terkecil (Garangan kerdil) panjangnya hanya 10 inci dan berat 0,5 pon. Terbesar (Garangan ekor putih) dapat mencapai panjang 28-30 inci dan beratnya mencapai 8 kilogram.
- Mereka memiliki bulu abu-abu atau coklat, dan beberapa dari mereka memiliki mantel bergaris dan ekor cincin.
- Garangan adalah karnivora (pemakan daging). Mereka memakan tikus, burung, katak, serangga dan telur.
- Mereka menggunakan benda padat untuk memecah cangkang kulit telur atau mereka melemparkan telur ke permukaan yang keras untuk memecahkannya.
- Garangan adalah makhluk yang sangat cepat dan lincah. Mereka dapat mengalahkan ular berbisa berkat kelincahan dan kecepatan yang ia miliki.
- Garangan kebal terhadap racun ular dan mereka dapat bertahan hidup lebih dari satu gigitan ular.
- Garangan hidup dalam liang yang ditinggalkan hewan lain. Mereka jarang menggali lubang sendiri.
Fakta kedua
- Beberapa Garangan adalah soliter, sementara yang lain hidup dalam kelompok besar yang disebut “pack”.
- Kelompok besar Garangan melindungi anak-anak mereka dengan menyerang predator menggunakan cakar mereka yang tajam.
- Mereka memiliki cakar yang tidak dapat ditarik, yang berarti bahwa mereka tidak dapat menyembunyikannya. Cakar mereka terlihat setiap saat.
- Garangan menghasilkan panggilan alarm ketika mereka menemukan bahaya.
- Setahun sekali, mereka menghasilkan suara bernada tinggi yang disebut “cekikikan” untuk memberi tahu Garangan lain bahwa mereka siap untuk kawin.
- Mereka juga menggunakan aroma untuk mengumumkan status reproduksi mereka dan untuk menandai wilayah.
- Garangan betina hamil satu kali per tahun yang terdiri dari 4 bayi Garangan. Saat baru terlahir ke dunia bayi Garangan buta.
- Garangan berumur sekitar 4 tahun di alam liar dan hingga 20 tahun di penangkaran.
Jangan Biarkan Garangan Punah. Penurunan populasi garangan secara global diakibatkan oleh berkurangnya habitat seperti alih fungsi dan kerusakan lahan seperti hutan. Juga lantaran berkurangnya sumber makanan. Terancamnya punahnya populasi Garangan juga diakibatkan perburuan karena Garangan dianggap sebagai hama terutama pada pertanian peternakan.
Sekian,trimakasih.
jangan lupa support saya terus dengan cara subscribe,like and share chanel saya!!!
Komentar